Pages

Jumat, 12 September 2014

Syarat Mencari Ilmu


Dalam kitab " ألالا " dikatakan bahwa
الالا تنال العلم الا بستة سأنبيك عن مجموعها ببيان ذكاء وحرص واصطبار وبلغة وارشاد استاذ وطول زمان
Artinya : "Ingatlah, tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang bermanfaat kecuali dengan enam syarat, yaitu cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk ustadz dan lama"
Ilmu yang manfaat  ialah ilmu yang dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan merupakan nur Ilahi yang hanya diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang sholeh. Ilmu yang bermanfaat ini hanya bisa didapatkan dengan enam syarat yang harus dipenuhi. enam syarat tersebut antara lain :
1. Cerdas
Kemampuan menangkap ilmu dalam hal ini bukan hanya IQ yang harus tinggi, walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asalkan akalnya mampu menangkap ilmu. hal tersebut sudah dapat memenuhi syarat pertama ini. Hal ini tentu sangatlah berbeda dengan orang gila atau orang idiot yang akalnya memang tidak dapat menerima atau menangkap ilmu sehingga sulitlah untuk mendapat ilmu bermanfaat. Namun perlu diingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak bisa meningkat, seperti halnya sebuah perumpamaan bahwasanya akal kita laksana pedang, semakin sering diasah dan dipergunakan maka pedang semakin tajam dan mengkilap, namun ketika dibiarkan begitu saja maka yang terjadi pedang tersbut akan tajam dan tumpul. Seperti itulah akal kita, semakin sering digunakan untuk berpikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya, namun jika dibiarkan saja maka akan tumpul alias tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga
2. Semangat
Bersungguh-sungguh dengan ketekunan, mencari ilmu tanpa rasa semangat dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa. Terlebih ilmu agama yang tidak mudah bisa didapatkan di zaman modern ini, sehingga hanya sedikit orang yang berhasil. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Hal ini dikarenakan mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin dipelajari/dihafalkan belum tentu sekarang masih hafal. Padahal apa yang kemarin dipelajari masih berhubungan dengan pelajaran hari ini. Pada akhirnya pelajaran hari ini menjadi berantakan karena apa yg kita dapat kemarin telah hilang. Kesimpulannya, tanpa semangat dan ketekunan sangta sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan tholabul 'ilmi.
3. Sabar
Orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membencinya dan berusaha menggoda mereka agar gagal dalam mendapatkan ilmu tersebut yang pada akhirnya apa yang dikehendaki oleh syetan yakni tidak ada lagi orang yang mencari ilmu, mengajarkan bagaimana cara beribadah serta menasehati agar tidak tergelincir kepada kemaksiatan.
4. Biaya
Orang yang mencari ilmu perlu biaya seperti halnya setiap manusia yang memerlukannya, tapi jangan di artikan harus punya uang apalagi uang yang banyak, biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya, tidak harus merupakan bekal materi. Dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu, seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangat fakir, Imam Syafi'i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus lainnya. Biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar.
5. Petunjuk Ustadz
Orang yang mencari ilmu harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri. Ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah riwayat (saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama). Barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula riwayat لو لا السند لقال من قال بماشاء artinya : "andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya". Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat, betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur'an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat, sahabat menyampaikan kepada para tabi'in, lalu para tabi'in menyampaikan pada tabi'i at-tabi'in dan seterusnya kepada ulama salaf, lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta'akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadist.
6. Lama
Orang belajar perlu waktu yang lama. Lama disini bukan berarti tanpa target, sebab orang belajar harus punya target. Tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar

Sumber : Kitab " ألالا "Sumber : Kitab " ألالا "

0 komentar:

Posting Komentar