Pages

Minggu, 09 November 2014

Amanah Seorang Mukmin Kecil

Tatkala Sayyidina Umar Bin Khatab r.a menjadi Amirul Mukminin, dia merasakan tanggung jawab yang sangat sulit dan berat. Dia harus berjaga setiap malam untuk mengurusi dan memperhatikan keadaan seluruh penduduknya. Pada saat yang sama dia juga memikul tugas untuk menyiarkan agama Islam ke seluruh dunia, dan mengirimkan tentara perang untuk melawan tentara Persia dan Romawi.
Suatu ketika Umar bin Khatab berjalan keluar dari Madinah berkeliling untuk melihat keadaan kaum Muslimin, yang jauh dari kota Madinah, ibukota pemerintahannya, dia berjumpa dengan seorang hamba sahaya kecil yang sedang menggembalakan domba.
Umar merasa tertarik untuk berbincang-bincang dengannya. Namun, si penggembala kecil itu tidak mengetahui bahwa orang yang akan mengajaknya berbincang-bincang adalah Amirul Mukminin, Khalifah pengganti Rasullullah SAW.
Umar tergerak hatinya untuk menguji hamba sahaya kecil penggembala domba itu. Umar lalu berkata sambil menunjuk seekor domba yang gemuk, " Maukah engkau memberikan domba itu kepadaku?.""Apa ?" Penggembala kecil itu menyergah dengan suara kuat karena kaget. Kemudian Umar berkata lagi:
" Mengapa engkau tidak mau memberikannya kepadaku ?" " Sesungguhnya aku ini telah mendapatkan amanah dan kepercayaan. Kalaulah domba - domba itu milikku, maka aku tidak akan merasa keberatan untuk memberikan seekor diantaranya."
Umar berkata : " Sikapmu itu merupakan sifat yang sangat kikir. "Penggembala kecil itu kemudian menjawab ucapan Umar :
"
Wahai tuan, aku adalah seorang hamba sahaya majikanku. Dan dia adalah pemilik domba –domba ini. Aku tidak berhak untuk memberikannya kepadamu dan juga untuk diriku sendiri." Lalu Umar berkata kepadanya : " Janganlah kamu besikap bodoh, katakan saja kepada majikanmu bahwa sesungguhnya seekor serigala telah menerkam dan memakannya ketika domba itu jauh dari kawanannya... majikanmu pasti mempercayai ucapanmu, karena kejadian serupa itu sudah sangat biasa, dan sering kali terjadi."
"Tidak, tidak, wahai
tuanku,ini mustahil. Aku tidak akan melakukan tindakan seperti itu. Andai kata majikanku mempercayai ucapanku, lalu apakah aku bias menyembunyikannya dari Allah SWT yang tidak ada sesuatupun yang bias disembunyikan dari-Nya?. Apakah aku bias menyembunyikannya dari malaikat pencatat amal perbuatan kita, Raqib dan Atid ?.
Umar kemudian meninggalkan penggembala kecil itu, tanpa  mengucapkan sepatah katapun. Akan tetapi ia sangat terkagum dengan jawaban yang menunjukkan dalamnya keimanan penggembala kecil itu kepada Allah SWT.
Umar bin Khatab kembali ke Madinah dan langsung menuju ke rumah pemilik domba yang digembalakan oleh anak kecil tadi dan mengetuk pintu rumahnya. Lelaki pemilik domba itu merasa sangat heran karena Amirul Mukminin mengetuk pintu rumahnya. Maka keluarlah dia untuk menyambut kedatangannya, dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. Selanjutnya, Sayyidina Umar berkata kepada lelaki itu, " Apakah engkau mempunyai seorang hamba kecil yang menggembalakan sekawanan domba milikmu di luar kota Madinah?"
" Ya", jawabnya. Umar berkata lagi kepadanya: "Aku ingin agar engkau menjual anak itu kepadaku bersama seluruh kawanan domba yang digembalakannya."
" Bagaimana jika aku tidak ingin menjualnya?"
"Aku
akan dating lagi kesini untuk membelinya, seperti hari ini. "jawab Umar.
" Apakah
Amirul Mukminin bersedia jika hamba kecil berikut domba yang digembalakannya kuhadiahkan saja?"
Umar menjawab
: " Tidak... Aku tidak ingin menerimanya sebagai hadiah. Aku hanya ingin membelinya." "Kalau begitu, bayarlah kawanan domba beserta anak itu sesuai dengan harga yang engkau inginkan. "kata si pemilik domba. "Umar menjawab : "Aku telah mengatakannya kepadamu bahwa aku mesti membayar harganya."
Kedua hamba Allah itu kemudian menghitung harga sekawanan domba itu, berikut harga hamba sahaya kecil penggembalanya, seperti harga yang berlaku di pasaran pada waktu itu. Lalu Umar melakukan pembayaran kepada lelaki itu. Pada saat anak kecil penggembala domba pulang bersama domba - domba yang digembalakannya, ia sangat heran melihat lelaki yang pernah meminta seekor domba kepadanya sedang duduk di samping majikannya,. Rasa herannya berubah menjadi rasa takut, ketika dia mengetahui bahwa lelaki itu tidak lain adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khattab.
Saat - saat yang menegangkan bagi anak itu tiba, ketika ia dipanggil oleh Sayyidina Umar dan majikannya. Dia melangkahkan kakinya dengan sangat berat, dia berjalan pelan-pelan, dengan perasaan duka cita yang menyelimuti dirinya. Ternyata Amirul Mukminin berdiri menyambut kedatangannya seraya berkata : "Bergembiralah, dan bersuka rialah, wahai saudara bangsa Arab." Penggembala kecil itu tidak mempercayai apa yang telah didengar oleh kedua telinganya. Mengingat status dirinya sebagai seorang hamba sahaya, dia merasa tidak yakin bahwa kata sambutan itu adalah untuk dirinya, apalagi ketika melihat Umar sampai berdiri menyambutnya. Lidahnya terasa kelu dan tidak kuasa untuk mengucapkan sepatah katapun. Tiba tiba Amirul Mukminin berkata kepadanya : "Kesinilah........ Kesinilah untuk duduk disampingku."
Penggembala
kecil itu semakin kaget, dan dia semakin tidak kuasa untuk berkata apa-apa atau melangkahkan kakinya kedepan. Kakinya bergetar, matanya terbelalak, dan mulutny aterbuka. "Saya..., saya diminta duduk di samping Amirul Mukminin? Penggembala kecil itu belum juga mempercayai apa yang telah berlangsung dan telah terjadi. Barangkali ini hanya mimpi, katanya dalam hati.
Dia masih tetap terdiam di tempatnya, tidak berkata dan juga tidak bergerak.
Suara
Amirul Mukminin semakin kuat memanggil penggembala kecil itu : "Ketahuilah olehmu bahwa sejak saat ini engkau telah menjadi manusia yang merdeka, demi Allah SWT. "Pada saat itulah penggembala itu baru bergerak. Dia ingin bersujud di kaki Amirul Mukminin, atau mencium kedua tangannya, akan tetapi dia takut dan  malu...... Bumi ini terasa berputar, kemudian dia mencari sesuatu untuk tempat bersandar. Terdengar olehnya Sayyidina Umar melanjutkan perkataannya : "Dan domba domba itu menjadi milikmu."
Penggembala
kecil itu tidak dapat lagi menguasai dirinya, meneteslah air mata gembira kekedua pipinya. 
Sayyidina Umar kemudian
meletakkan kedua tangannya di atas pundak anak itu, dan menepuk - nepuknya agar dia tenang kembali seraya berkata : "Janganlah engkau merasa heran dan kaget, karena sesungguhnya pada saatkita berada di tempat penggembalaan domba itu, engkau telah menyampaikan sebuah kalimat yang telah menyelamatkanmu dari penghambaan (perbudakan) di dunia. Engkau telah mengatakan : Andaipun majikanku mempercayai ucapanku, lalu apakah aku bias menyembunyikannya dari Allah SWT yang tidak ada sesuatupun yang bias disembunyikan dari-Nya?". "Itulah kalimat iman yang memindahkan dirimu kepada dunia bebas merdeka. Kami tidak hendak mengekalkan seorang manusia mukmin untuk tetap menjadi hamba sahaya bagi manusia..... Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah agar menyelamatkan dirimu dari azab di akhirat kelak, sebagaimana Dia telah menyelamatkan dirimu dari azab penghambaan di dunia ini."

Sang penggembala kecil kemudian menggiring domba-dombanya..... Sekarang dia telah memiliki kemerdekaan dan kebebasan, memiliki domba, serta mempunyai hak untuk memberikan seekor diantaranya kepada Umar bin Khattab, Amirul Mukminin, khalifah pengganti Rasulullah SAW. Umar tersenyum kepada penggembala kecil itu atas usahanya untuk mengungkapkan terima kasihnya kepadanya. Umar kemudian berkata : "Sesungguhnya segala puji dan ucapan terima kasih hanyalah patut disampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya kepada kita. TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar