Source:
www.fimadani.com
Hidup di negeri rantau memang tak semudah yang
dibayangkan. Terpisah dengan keluarga terutama ayah dan bunda bukan suatu yang
menyenangkan. Namun, tujuan merantau tiada lain dan tiada bukan adalah untuk
membuat mereka bahagia demi berbakti kepada keduanya. Apapun tujuannya, entah
untuk bekerja atau untuk menuntut ilmu. Semua tak terlepas dari keinginan untuk
membahagiakan mereka, terlebih pada saat mereka masih mengirimi kas bulanan
kepada anak tercinta. Adakah keinginan mengecewakan mereka di negeri rantau?
Semua orang tua menginginkan agar
anak-anak mereka menjadi anak yang sholih dan sholihah serta bermanfaat bagi
orang-orang disekitarya. Mereka menginginkan sebuah perubahan pada prilaku,
tidak lagi menjadi seorang anak kecil yang hanya tahu dengan dunia bermain.
Tapi, menjadi seorang yang lebih dewasa dalam bertindak maupun berpikir.
Seseorang dapat dikatakan dewasa,
apabila dia mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar
dan yang salah. Tapi, itu semua tak cukup menjadi penilaian seseorang dikatakan
dewasa. Dia dewasa ketika mampu menjadikan dirinya teladan bagi orang-orang
disekitarnya dengan berbagai akhlak terpuji yang menghiasi pribadi. Salah satu
akhlaq terpuji tersebut adalah berbakti kepada orang tua.
Bagi seorang perantau, berbakti kepada
orang tua tak semudah seorang yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Jika
orang yang tinggal bersama kedua orang tuanya, setiap saat dan kapanpun dia
mampu berbakti kepada keduanya dengan cara berbuat baik langsung kepada mereka.
Namun, bagi para perantau, apakah bisa berbuat baik langsung kepada mereka?
Padahal, terpisahkan oleh jarak dan tempat yang berbeda?
Inilah salah satu cara termudah untuk
berbakti kepada mereka walaupun di negeri rantau. Cara tersebut yakni dengan
selalu menyempatkan diri menghubungi mereka walaupun hanya sebentar.
Ditengah-tengah kesibukan anak rantau sekiranya masih mampu meluangkan waktu
beberapa menit untuk bisa menghubungi ayah dan bunda.
Zaman sekarang teknologi telah
mempermudah manusia. Inilah salah satu kebaikan dari teknologi yang bisa
dimanfaatkan oleh setiap insan. Dengan menggunakan handphone dimanapun dan
kapanpun berada mampu menghubungkan komunikasi diantara dua orang atau lebih
tanpa harus bertatap muka.
Hubungilah mereka walaupun hanya dengan
sebaris kata lewat pesan singkat. Beritahukan kabar dan tanyakan kabar mereka.
Semoga saja kita yang bertanya dan mereka yang menjawab selalu berada dalam lindungan-Nya
dan diberikan kesehatan sehingga akan merasakan kebahagiaan kembali pada saat
berjumpa.
Alangkah lebih baik lagi, jika kita
merelakan sedikit pulsa yang dimiliki untuk menelpon baik ayah atuapun bunda.
Setidaknya, memberitahukan bahwa kita sedang dalam kondisi sehat
dan baik-baik saja. Lewat telpon, kita bisa mendengarkan kembali suara beliau
(ayah atau bunda) yang sudah mulai menua dimakan oleh perputaran waktu.
Mereka hanya ingin mengetahui keadaan
kita ketika berada di rantau orang. Ayah dan bunda setiap hari bertanya-tanya,
apakah anakku sehat dan baik-baik saja disana?
Dengan menghubungi mereka adalah jawaban
yang diharapkan yang terlontar langsung dari anak tercinta. Jawaban dari
kegelisahan dan kegundahan mereka terhadap anak yang telah dididik hingga
dewasa yang kini berada jauh dari kampung halaman.
Secara tidak langsung hati mereka
berkata-kata.
“Nak, hubungilah kami walau sebentar”
Terkadang, kita sebagai anak yang hidup
di negeri rantau, terlena dengan berbagai aktivitas. Sehingga,melupakan orang
yang dari kejauhan selalu memikirkan dan mendoakan agar senantiasa berada di
dalam lindungan dan nuangan-Nya.
Masihkah kita tak mau berbakti kepada
mereka? Walaupun raga ini telah terpisahkan oleh lautan dan pulau-pulau. Tak
sadarkah selama ini untaian doa-doa terucap di bibir seorang yang sejak kita
lahir hingga sekarang tak pernah meminta sepeser pun untuk mengganti biaya yang
telah habis mereka gunakan?
Tak ada alasan untuk tetap berbakti
kepada keduanya. Begitu besar pengorbanan dan susah payah mereka membesarkan
anak yang kini tidak berada di dekat keduanya.
Apalah yang mereka inginkan disisa-sisa
umur yang semakin hari semakin mendekati pada ujung dari kehidupan? Akankah
kita berbakti setelah mereka tiada?
Getaran suara yang kita berikan lewat
sinyal telpon yang ditangkap oleh telinga mereka, itulah yang diinginkan.
Mereka ingin tetap mendengar suara kita walaupun tak bisa menatap langsung
dengan sang buah hati.
Kita rela pulsa di handphone habis
terbuang hanya untuk mengirimkan pesan kepada orang-orang yang tidak
berpengaruh penting terhadap kehidupan atau kita pun mampu membuang pulsa
beberapa ribu hanya untuk digunakan menelpon sesama teman. Tapi, mengapa kita
tak rela menghabiskan pulsa walau hanya dengan mengirimkan pesan singkat kepada
kedua orang tua?
Berbakti tak mengenal tempat dan waktu.
Dimanapun dan kapanpun selagi diri ini masih mampu menghirup dan menghembuskan
nafas maka bakti kepada orang tua tak akan pernah terlepaskan pada diri seorang
insan.
Sampai kapanpun seorang anak tak akan
mampu membalas secara penuh segala hal yang telah diberikan oleh orang tua
kepada dirinya. Setidaknya, lewat berbakti kepada mereka adalah salah satu
jalan untuk membalas kebaikan, pengorbanan dan jerih payah yang mereka berikan
kepada kita walaupun hanya sebagian kecil.
Hubungilah mereka selagi kita masih bisa
menghubungi mereka. Apa yang bisa diperbuat oleh diri ini jika mereka telah
pergi untuk selamanya? Tak sadarkah kita selama ini bahwa mereka menantikan
kabar dari jauh walau hanya lewat suara atau kata-kata yang tertulis di dalam
pesan singkat?
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Luqman :
14)
1 komentar:
jangan lupa mengirim kan doa unuk orang terkasih ( keluarga ) nun jauh di sana. selalu berilah kabar walau satu menit itu sudah sangat berharga
Posting Komentar