By Buletin Ibnu Muqlah
“Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu
dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik.
yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al-A’raaf : 26)
Dalam ayat di atas, Allah subhaanahu wa ta’ala
mengibaratkan takwa sebagai sebuah pakaian. Kita semua tahu bahwa sifat pakaian
itu menjadi pelindung, memberi kenyamanan pada badan, dan menghindarkan diri
dari rasa malu. Pada hakikatnya tampak orang yang berpakaian lebih mulia
dibandingkan mereka yang tidak berpakaian. Demikian pula takwa, orang-orang
yang memakaikan dirinya pakaian takwa, ia akan terlindungi serta Allah
menganugerahi ketenangan di dalam hatinya di saat orang-orang di dunia dihantui
rasa ketakutan dan kekhawatiran. Selain itu orang, berpakaian takwa justru
menjadikan segala ancaman sebagai bentuk kepsarahan kepada Allah.
Takwa
adalah sebuah pilihan hidup, ibarat pakaian bisa dipakai ataupun tidak. Hal ini
terjadi ketika dihadapan kita ada dua ajakan yang berbeda, antara berbuat
maksiat dan berbuat kebaikan, saat itu kita punya kemampuan memilih mana yang
kita mau. Telah diketahui bahwa akhir dari kehidupan ini adalah kehidupan di
akhirat kelak, dimana pada saat itu ada golongan yang mendapat kenikmatan surga
dan golongan yang mendapatkan siksa neraka yang tak terbayangkan betapa
pedihnya siksaan di kala itu. Oleh karena itu, orang-orang yang bertakwa dapat
kita anggap sebagai orang yang selamat dan bahagia. Sama halnya dengan asupan 4
sehat 5 sempurna, mereka akan mendapat karunia 4 bahagia 5 selamat. Apa sajakah
itu??
1.
Kemampuan membedakan (Furqan)
Dengan takwa, Allah ta’ala akan memberikan
kita furqan yaitu kemampuan yang membuat kita bisa membedakan mana yang baik
dan buruk. (QS Al-Anfaal : 29)
Al-Furqaan (kemampuan membedakan) ini sangat
dibutuhkan oleh setiap manusia yang ingin hidupnya selamat di dunia dan
akhirat. Sebagaimana harapan yang selalu kita baca dalam setiap sholat
”Ihdinashshiroothol Mustaqiim” (tunjukilah kami ke jalan yang lurus).
Begitu pentingnya kemampuan menemukan jalan
petunjuk, Ibnu Katsir menafsirkan ayat Ihdinasshiraatal Mustaqiim dengan
berkata: “Seandainya bukan karena sedemikian besar kebutuhan hamba untuk
memohon hidayah siang dan malam, niscaya Allah ta’ala tidak perlu membimbing
hamba-Nya untuk melakukan ini (membaca Al Fatihah di setiap rakaat sholat).
Sesunggunya setiap hamba membutuhkan
pertolongan Allah ta’ala di sepanjang waktu dan keadaan agar petunjuk itu tetap
terjaga serta kokoh tertanam.
2.
Barakah
Barakah artinya “bertambahnya kebaikan”.
Kebaikan apa saja baik urusan dunia maupun amal akhirat.
3.
Jalan keluar
Firman Allah ta’aala : ”…Barang siapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
(QS At-Tholaaq : 2)
4.
Rizki
Firman Allah ta’aala : ”…Barang siapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberikannya rizki dari arah yang tak dia sangka…”
(QS
At-Tholaaq : 2-3)5. Selamat Akhirat
Sebelumnya coba kita perhatikan hadits
Rosulullooh shollolloohu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
Dari
Nu’man Bin Basyir rodhiyolloohu ‘anhumaa: Aku mendengar Rosulullooh
shollolloohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seringan-ringan siksa
penghuni neraka pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan dibawah dua
telapak kakinya dua bara api neraka sehingga mendidih otak yang ada di
kepalanya(dari sebab panasnya kedua bara api neraka tersebut) Dia mengira bahwa
tidak ada orang lain yang lebih dahsyat siksaan daripadanya, padahal dialah
orang yang paling ringan siksanya.”(HR.Bukhari Muslim).
Siksaan
yang paling ringan sebagaimana yang tergambarkan pada hadits di atas, lalu
bagaimana dengan siksaan yang lebih dari itu??? Sungguh tak bisa terbayangkan
bagaimana keadaan kita di masa itu.
Oleh karena itu, keselamatan akhirat merupakan
suatu karunia terbesar yang diperoleh
oleh orang-orang bertakwa. Tentunya semua orang sepakat bahwa tiba di kampung
halaman dengan selamat merupakan sesuatu yang tak ternilai harganya. Terlebih
lagi kampung halaman orang-orang mu’min adalah surga yang kenikmatan di
dalamnya tak terbandingi oleh kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia.
Perintah Bertakwa Hingga Maut
Menjemput
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepadaNya dan janganlah kamu mati
kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali imron: 102)
Syaikh
As Sa’di rohimahullooh menjelaskan: “Ayat di atas merupakan perintah Allah
untuk hamba-Nya yang beriman agar bertawa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya
takwa dan tetap bertakwa hingga akhir hayat. Barangsiapa bersungguh-sungguh
terhadap sesuatu, maka ia akan meningggal di atas sesuatu itu. Maka barang
siapa yang keadaannya, hidupnya dan keberadaannya terus menerus di atas takwa
kepada Rabbnya dan ketaatan kepada-Nya, kematian akan menimpanya di saat
seperti itu. Allah ta’ala akan mengokohkan takwa ketika kematiannya dan
memberinya kematian khusnul khatimah. Takwa kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa sebagaimana yang dikatakan Ibnu Mas’ud : Allah itu
ditaati tidak dimaksiati, diingat tidak dilupakan, dan disyukuri tidak
dikufuri. Ayat ini menunjukkan penjelasan hak Allah ta’ala yaitu ketakwaan
hamba. Adapun kewajiban hamba terhadap takwa ini, yaitu sesuai ayat:
‘bertakwalah kepada Allah semampu kalian’ dan penjelasan tentang takwa itu di
dalam hati dan diaplikasikan anggota badan sangat banyak. Kesemuanya
menjelaskan takwa adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya”.
0 komentar:
Posting Komentar