BULETIN DAKWAH IBNU MUQLAH
Lembaga Dakwah Jurusan Matematika ITS
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan alam semesta tidaklah sia-sia. Di balik penciptaan tersebut, Allah memiliki maksud dan tujuan yang mulia. Allah Ta’ala berfirman :
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antaranya keduanya tanpa hikmah” (QS. Shaad : 27)
Adapun hikmah dari penciptaan jin dan
manusia di alam semesta ini adalah agar mereka beribadah kepada Allah dan tidak
mensekutukan-Nya, sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran :“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku”. ( (QS. Al
Dzariyat : 56)
Tidak lupa pula wasiat Allah kepada
kita sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk senantiasa mengikuti
tuntunan beliau dalam segala hal, firman-Nya :
“Dan apa-apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah”.[QS. Al Hasyr : 7]
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu”. [QS.
Al-Ahzaab: 21]
Dan Rasulullah juga telah
memperingatkan agar meninggalkan segala perkara ibadah yang tidak ada contoh
atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda beliau:
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan
yang tidak ada urusannya dari kami maka amal itu tertolak”. [HR. Muslim]
Itulah dua syarat yang menjadikan
ibadah seseorang diterima dan diberi pahala oleh Allah, sebagaimana firman-Nya
:
“Barang siapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [QS. Al Kahfi :
110]
Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya
: “Inilah 2 landasan amal yang diterima (dan diberi pahala oleh Allah), yaitu harus
ikhlas karena Allah dan benar / sesuai dengan syari’at Rasulullah .”
Dari Abdurrahman bin Yazid, dari
Salman dia berkata: “Ditanyakan kepadanya, ‘(Apakah) Nabi kalian telah
mengajarkan segala sesuatu hingga tata cara buang air besar? “. ‘Abdurrahman
berkata: Salman menjawab, “Ya.” (HR. Muslim no. 262)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah mengajarkan kepada kita perkara yang kecil seperti tata cara buang
air besar, maka tentu perkara yang lebih penting -yaitu tata cara beribadah-
telah diajarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga sudah
seharusnya kaum muslimin bersikap kritis terhadap ibadah yang dilakukan dengan
bertanya “Adakah dalil yang memerintahkan ibadah ini?!”. Jika tidak ada
dalilnya, maka tinggalkan dan jangan dilakukan.
Berikut ini kami sajikan catatan—catatan
kecil berkaitan dengan Keutamaan Shalat Berjamaah dan beberapa wasiat
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits Wajibnya
Shalat Berjama’ah di Masjid Bagi Laki-Laki
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi shallallaahu
alaihi wasallam bersabda, 'Barangsiapa mendengar panggilan adzan namun tidak
mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, terkecuali karena udzur (yang
dibenarkan dalam agama)'. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya, hadits shahih)
Pada hadits tersebut Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “tidak ada shalat baginya”, hal ini
menunjukkan wajibnya memenuhi panggilan adzan bagi setiap laki-laki yang
mendengarnya, yaitu dengan mendatangi masjid untuk shalat berjama’ah.
Bagi Perempuan,
Lebih Baik Shalat di dalam Rumah
Adapun untuk perempuan maka lebih
baik shalat di rumahnya sendiri.
“Sebaik-baik tempat shalat bagi kaum
wanita adalah bagian paling dalam (tersembunyi) dari rumahnya.” (HR. Ahmad dan
Al-Baihaqi, hadits shahih)
Namun, seorang suami hendaknya tidak
menghalangi istrinya yang hendak pergi ke masjid untuk ikut shalat berjama’ah
dengan syarat menutup aurat dan tidak memakai wangi-wangian serta memperhatikan
adab-adab yang lain.
Dalilnya : "Jangan kamu melarang
istri-istrimu (shalat) di masjid, namun rumah mereka sebenarnya lebih baik
untuk mereka." (HR. Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)
"Janganlah kalian melarang para
wanita (pergi) ke masjid dan hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai
wangi-wangian." (HR. Ahmad dan Abu Daud, hadits shahih)
Shalat Berjamaah
di Masjid Merupakan Salah Satu Amal yang Mulia
Dari Ibnu 'Umar, Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, "Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian
sebesar dua puluh tujuh derajat."(Muttafaqun 'alaihi. HR. Al-Bukhari : 645
dan Muslim : 650)
Ibnu Mas'ud berkata, "Barang
siapa yang gembira bertemu dengan Allah besok dalam keadaan muslim, maka
jagalah shalat-shalat ini di saat ia dipanggil untuk melakasanakannya. Karena
Allah mensyariatkan untuk nabi kalian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sunnah-sunnah petunjuk. Dan shalat-shalat tersebut termasuk sunnah-sunnah petunjuk. Seandainya
kalian shalat di rumah-rumah kalian seperti shalatnya orang yang meninggalkan
sunah nabi kalian, kalian berarti telah sesat. Aku telah melihat bahwa tidak
ada yang tertinggal dari shalat (berjamaah) kecuali orang munafik yang jelas
kemunafikannya. Dan sungguh adakalanya seseorang biasa dibawa diantara dua
orang (dipapah) dampai ia deberdirikan di dalam shaf."(HR.Muslim : 654,
hadits shahih)
Dalam riwayat Muslim yang lain, Ibnu
Mas'ud berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah mengajarkan kami sunnah-sunnah petunjuk, dan diantara
sunnah-sunnah petunjuk itu adalah shalat di masjid yang di kumandangkan azan di
sana."
Hendaknya kita
memilih pakaian yang bagus saat pergi ke masjid
Allah tidak hanya memerintahkan kita
untuk sekedar memakai pakaian yang menutup aurat, akan tetapi memerintahkan
pula untuk memperbagus pakaian, khususnya ketika akan pergi ke masjid. Allah
Ta’ala berfirman :
“Hai anak adam, pakailah pakaianmu
yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al A’raf: 31).
Sebelum Pergi ke
Masjid, Hendaknya Berwudhu Sejak dari Rumah
Abu Hurairah berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Shalat seseorang dalam berjamaah
akan dilipatgandakan dari shalatnya di rumah dan di pasarnya sebesar dua puluh
lima kali lipat. Dan hal itu apabila ia berwudhu lalu membaguskan wudhunya,
kemudian keluar ke masjid, yang ia keluar rumah hanya untuk shalat, ia
tidak melangkah satu langkah pun kecuali diangkat derajatnya dan dihapus
kesalahannya. Lalu apabila ia shalat, para malaikat terus menerus mendoakannya
selama ia berada di dalam tempat shalatnya, selama ia tidak berhadats. Malaikat
berkata, 'Ya Allah, sejahterakan dia. Ya Allah, rahmatilah dia.' Dan ia dianggap
terus menerus shalat selama ia menunggu shalat." (Muttafaqun 'alaihi. HR.
Al-Bukhari : 647 dan Muslim : 649 dan ini adalah lafazh Al-Bukhari).
0 komentar:
Posting Komentar