Wanita paruh baya itu terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin, nafas yang terengah engah dan badan yang menggigil kuat bukan karena AC di kamarnya yang dingin tapi karena mimpi yang sama dengan tiga malam yang lalu. Diliriknya jam beker disamping kasur, jam 1 dini hari, disebelahnya sang suami masih pulas terlena dengan buaian malam. Wanita itu mencoba bangun meski sekujur tubuhnya lunglai seperti tak bertulang dan dengan sisa kemampuannya, ia berusaha untuk membuat otaknya menganalisa apa yang telah terjadi malam ini.
Ya...ini sudah malam ke empat, ia bermimpi sangat menyeramkan. Di dalam mimpinya, ia melihat sosok dirinya yang betul-betul aneh. Semua organ tubuhnya berubah menakutkan, bola matanya menjadi sebesar bola tennis, telinganya seperti telinga keledai tapi panjangnya sampai menyentuh lantai, mulutnya menganga dengan lidah terjulur keluar dan meneteskan cairan seperti nanah tapi lebih busuk baunya. Tangan-tangan halusnya mendadak berubah penuh kutil yang mengalirkan darah dan kaki-kaki jenjangnya menjadi bengkak dan semakin besar kalau ia berjalan. Astaghfirullahhaladziem..... istighfarnya dengan hati serta mulut yang tergagap. Berulang kali wanita paruh baya itu beristighfar sampai tak disadarinya, ia telah bercucuran air mata.
Ia mencoba mengingat kembali semua yang pernah dilakukannya dan seperti menonton sebuah film, semua diputar ulang, sampai kejadian kecil pun tak ada yang terlewatkan. Dia teringat bagaimana ia menggunakan matanya hanya untuk mengagumi perhiasan, koleksi mode terbaru, bahkan untuk membaca berita-berita yang seharusnya masuk ke tong sampah, Pernah juga untuk membaca ayat-ayat Al Quran tapi itu pun dilakukannya sepintas lalu saat dalam pengajian bulanan. Wanita itu tersadar ia hanya bisa menggunakan mulutnya untuk ghibah, ngerumpi, ngegosip, berbohong, menceritakan kejelekan teman-temannya, kadang untuk menghasut sampai memfitnah. Kalau pun untuk mengaji, menyebut keagungan asma Allah SWT, hanya dilakukan karena kebiasaan dan bukan karena kebutuhan yang didasari karena penghambaan serta keihklasan terhadap Allah Sang Maha Memiliki.
Bagaimana dengan telinga yang selama ini hanya dipakainya untuk mendengar gosip dan kabar yang tak terbukti benar. Begitu juga dengan tangannya yang selama ini dipakai untuk menggelapkan uang koperasi yang diamanahkan kepadanya, kedua tangannya sering dimanfaatkan untuk menolong temannya tapi niatnya riya' dan ingin disebut ringan tangan.
Ia tersadar untuk yang kesekian kalinya, bahwa ia tidak hanya memperkosa tangannya tapi juga memperkosa hatinya dengan riya' dan pamrih. Wanita paruh baya itu memegang kakinya dan dibenaknya teringat bagaimana ia memaksa kakinya untuk melangkah ke mall, ke rumah temannya sekedar untuk menanyakan apakah ada gosip terbaru, kadang juga ke pengajian tapi untuk pamer koleksi perhiasan atau busana muslimnya yang teranyar.
Astaghfirullahhaladziem..... lirih ia ucapkan dengan hati yang sedari tadi tidak berhenti istghifar, teringat ia dengan ceramah Ustadz Rahmad, seminggu yang lalu...
arti dari syukur adalah menggunakan atau mengolah nikmat Allah SWT sesuai dengan tujuan dianugerahkannya. Lawan katanya adalah kufur yang berarti tidak mensyukuri nikmat Allah Sang Maha Pemurah, dan orangnya disebut kafir. Kita dianugerahi kesehatan, tapi apakah kita sudah menggunakannya untuk shalat tepat waktu begitu azan berkumandang, kita dianugerahi hati yang fitri oleh Allah SWT tapi kenapa kita mengotorinya dengan riya', iri, dengki, takabur, buruk sangka dan berbagai macam penyakit. Begitu juga dengan dua mata normal pemberian Allah Sang Maha Kuasa, apakah kita sudah memanfaatkannya untuk membaca, mempelajari, memahami dan menerapkan ayat-ayat suci Allah SWT dalam hidup kita, sudahkah kita memanfaatkan mata ini untuk membaca buku-buku religi yang bisa meningkatkan kualitas keimanan, kecintaan serta ketakwaan kita kepada Sang Khalik ataupun yang bisa membuat kita memperbaiki akhlak kita. Bagaimana dengan telinga ibu-ibu bapak-bapak, apakah sudah dipakai untuk mendengar hal-hal yang baik dan benar, mendengar keagungan ayat-ayat Allah yang Maha Penyayang, sama halnya dengan mulut apakah sudah dimanfaatkan untuk berbicara yang benar yang tidak menyakiti dan mendzalimi orang lain, untuk menyampaikan kebenaran Illahi Robbi? Dua tangan kita apakah sudah digunakan untuk berdoa, berdziqir, bersedekah, bekerja dengan ikhlas Lillahi Ta'ala, dan juga untuk membantu sesama tanpa pamrih. Kedua kaki kita, apakah selama ini dilangkahkan ke tempat-tempat yang diridhoi Allah Sang Maha Tahu??? Seperti yang disebutkan dalam surah Ibrahim (14):7 Allah berfirman, " Sesungguhnya jika engkau bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmatmudan bila kamu mengingkari, maka siksaKu amatlah pedih." Jadi ibu-ibu bapak-bapak, kalau kita belum bisa memanfaatkan pemberian-pemberian Allah Yang Maha Kaya sesuai dengan tujuan pemberiannya dan yang diridhoiNya, maka kita termasuk *kafir, walaupun kita percaya kebenaran Al Quran, mendirikan shalat dan berpuasa sekalipun. Lalu kita harus ingat firman Allah SWT dalam surah Al Israa' (17):36 Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. surah Yaasin (36):65 Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah tangan mereka kepada Kami dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar