Pages

Sabtu, 14 November 2009

Kisah Juraij Dengan Ibunya

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, (yang artinya kira-kira demikian):

“Tidaklah berbicara ketika masih bayi, kecuali tiga orang, di antaranya: Isa bin Maryam dan seorang bayi yang ada pada zaman Juraij.

Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus tempat tinggalnya. Suatu ketika Juraij sedang shalat, tiba-tiba ibunya memanggil, ‘Wahai Juraij’. Juraij berkata, ‘Wahai Rabku manakah yang harus saya dahulukan, meneruskan shalat ataukah memenuhi panggilan ibuku?’
Akhirnya Juraij meneruskan shalatnya. Dengan penuh rasa kecewa ibunyapun pergi.

Selanjutnya kejadian tersebut berulang sampai tiga kali, sedang Juraij tetap meneruskan shalatnya dan tidak memenuhi panggilan ibunya.

Akhirnya sang ibu berdo’a, ‘Ya Allah, janganlah Engkau matikan Juraij hingga dia melihat pelacur.’



Dikisahkan, orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut ketekunan ibadah Juraij. Sedangkan diantara mereka terdapat seorang pelacur yang sangat cantik, yang berkata, ’Jika kalian menghendaki, aku akan memberinya fitnah.’

Perempuan (pelacur) tersebut lalu mendatangi Juraij dan menggodanya. Tetapi Juraij tidak mempedulikannya. Kemudian pelacur tersebut mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di dekat tempat ibadah Juraij. Lalu ia berzina dengannya dan akhirnya hamil.

Tatkala pelacur tersebut melahirkan seorang bayi, Orang-orang bertanya ‘Bayi ini hasil perbuatan dengan siapa?’ Pelacur itu menjawab, ‘Juraij’.

Maka mereka kemudian mendatangi Juraij dan memaksanya untuk keluar dari tempat ibadahnya. Selanjutnya mereka memukuli Juraij, mencaci maki dan merobohkan tempat ibadahnya.

Juraij bertanya, ‘Ada apa ini, mengapa kalian perlakukan aku seperti ini?.’ Mereka menjawab, ‘Engkau telah berzina dengan pelacur ini, sehingga melahirkan seorang bayi.’ Juraij bertanya, ‘Di mana sekarang bayi itu?’ Kemudian mereka datang membawa bayi tersebut.

Juraij berkata, ‘Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan shalat!’ Lalu Juraij shalat. Selesai shalat Juraij menghampiri sang bayi lalu mencoleknya di perutnya seraya bertanya, ‘Wahai bayi, siapakah ayahmu?’ Sang bayi menjawab, ‘Ayahku adalah seorang penggembala.’

Serta merta orang-orang pun berhambur, menciumi dan meminta maaf kepada Juraij. Mereka kemudian berkata, ‘Kami akan membangun kembali tempat ibadah untukmu dari emas!’ Juraij menjawab, ‘Jangan! Cukup dari tanah saja sebagaimana semula.’ Mereka lalu membangun tempat ibadah sebagaimana yang dikehendaki Juraij.

Ketika ibu si bayi memangku anaknya untuk disusui, tiba-tiba lewat seorang lelaki menunggang kuda yang gesit, gagah dan tampan. Maka ibu itu berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia.’ Tiba-tiba bayi itu melepaskan tetek ibunya dan menghadap kepada penunggang kuda tersebut seraya berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.’ Lalu ia kembali lagi ke ibunya dan melanjutkan hisapan susunya.”

Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, “Seakan-akan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menirukan gerakan si bayi dan meletakkan jari telunjuknya di mulut lalu menghisapnya.

Lalu lewat serombongan orang membawa wanita hamba sahaya yangsedang dipukuli. Mereka menuduh, ‘Kamu telah berzina, kamu telah mencuri! Sementara hamba sahaya perempuan itu berkata, ‘Cukuplah Allah sebagai pelindungku!’

Melihat kejadian ini, sang ibu berdoa, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.’ Maka bayi itu meninggalkan tetek ibunya dan melihat ke tempat wanita hamba sahaya tersebut sambil berdoa, ‘Ya Allah jadikanlah aku seperti dia.’

Karena peristiwa itu sang ibu kemudian berkata, ‘Di belakangku berlalu seorang penunggang kuda yang gagah dan tampan, lalu aku berkata, ‘Ya Allah, jadikan anakku seperti dia.’ Lantas engkau berkata, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.’ Lalu berlalu di hadapanku, wanita hamba sahaya dan mereka memukulinya serta mengatakan bahwa ia telah berzina, ia telah mencuri! Melihat hal ini, aku berdoa, ‘Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia’ Lalu engkau berkata, ‘Ya Allah jadikan aku seperti dia.’

Maka bayi itu menerangkan kepada ibunya, ‘Wahai ibu, sesungguhnya penunggang kuda yang tampan itu adalah seorang yang sangat sombong. Maka aku berdoa, ‘Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia!’ Sedangkan terhadap hamba sahaya wanita itu, yang orang-orang berkata, ‘Kamu berzina, padahal dia tidak berzina, kamu mencuri padahal dia tidak mencuri.’ Maka, aku berdoa, ‘Ya Allah jadikanlah aku seperti dia’.”

Demikianlah sebuah kisah yang tercantum dalam HR. Bukhari, 3436 dan Muslim, 2550. Kisah Juraij seorang ahli ibadah yang kemudian terfitnah dengan seorang wanita pelacur. Hal ini disebabkan perilaku Juraij yang lebih mengutamakan ibadah sunnah daripada berbakti kepada orang tua.

IBROH

1. Kewajiban birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) terutama ibu, dan bahwasanya jika orang tua menyumpahi anaknya maka akan terkabulkan.

2. Allah menyelamatkan seseorang dengan ketakwaan dan keshalihannya.

3. Wudhu sudah dikenal dan disyariatkan sebelum Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam

4. Penetapan karamah para wali, yang bisa diperoleh melalui ikhtiar atau usaha mereka.

5. Boleh melakukan ibadah yang banyak/ maksimal, bagi yang mengetahui dirinya mampu untuk melakukannya.

6. Orang yang secara tiba-tiba dilemparkan kepadanya suatu tuduhan hendaknya segera mengahadap Allah untuk shalat.

7. Seseorang boleh membatalkan shalat sunnahnya manakala dipanggil oleh orang tuanya untuk melakukan sesuatu yang syar’i.

8. Tidak boleh cepat mempercayai suatu tuduhan tanpa adanya bukti.

9. Sombong dan membanggakan diri adalah perbuatan yang tercela.

10. Orang yang dizhalimi memiliki kedudukan dan kelebihan di sisi Allah. Jika tidak demikian tentu tidak ada kebaikannya seorang anak yang masih menyusu ingin menjadi hamba sahaya.

Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam wash shahabah al-Kiram. (terjemahan)

0 komentar:

Posting Komentar