Kita tidak bisa pungkiri, bahwa kita akan memilih pemimpin. Kita tidak bisa pungkiri, bahwa Indonesia akan memilih pemimpin pada tanggal 9 Juli 2014. Itu sebuah keniscayaan, insya Allah Ta’ala. Maka saya (Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.–Ed) ingin memberikan nasihat untuk diri saya pribadi dan juga kepada kaum Muslim seluruhnya. Ketahuilah bahwasanya pemimpin di dalam Islam sangat diperhatikan dan mencari pemimpin di dalam Islam adalah salah satu yang diajarkan di dalam Islam.
Maka nasihat yang pertama, berdoalah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pencipta, yang Maha Pengatur,
dan yang Maha Berkuasa, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan
kepada kita pemimpin yang shalih, pemimpin yang benar-benar amanah,
pemimpin yang benar-benar memiliki sifat kepemimpinan dan bertanggung
jawab, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Itulah pemimpin yang ideal, pemimpin
yang amanah, pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya,
maka berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah-lah yang
membolak-balikkan hati, Allah-lah yang mengatur dunia, Allah-lah
Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pencipta, Allah-lah Subhanahu wa Ta’ala
yang Maha Kuasa atas segala hal. Berdoalah kepada Allah, (agar) kita
memiliki pemimpin yang shalih, yang benar-benar membimbing rakyat
Indonesia kepada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beberapa perkataan dari para ulama
salafush shalih terdahulu, di antara perkataan yang disebutkan oleh
Al-Fudhail ibnu ‘Iyadh rahimahullahu Ta’ala, beliau mengatakan:
لو كان لي دعوة مستجابة ما جعلتها إلا في السلطان
“Seandainya aku memiliki doa yang
dikabulkan, maka sungguh aku akan jadikan doa tersebut di dalam perkara
pemimpin (kepemimpinan).”
Di dalam perkataan beliau yang lain juga, beliau mengatakan:
لو
كان لي دعوة مستجابة ما صيرتها إلا في الإمام لأني لو جعلتها للنفسي لم
تجاوزني ولو جعلتها له كان صلاح الإمام صلاح العباد والبلاد
“Seandainya aku mempunyai doa yang
dikabulkan, maka aku tidak condongkan doa tersebut kecuali kepada
pemimpin. Karena seandainya doa mustajab yang aku miliki untuk diriku,
maka itu faedahnya tidak berlaku kecuali kepada diriku. Akan tetapi,
seandainya doa mustajab tadi aku tujukan kepada kemaslahatan pemimpin,
maka sungguh akan terjadi kebaikan, baik untuk rakyat maupun negara.”
Inilah fiqih ulama-ulama terdahulu,
bagaimana mereka sangat memperhatikan doa untuk para pemimpin. Maka
saat-saat seperti ini, kita sangat menginginkan pemimpin yang shalih,
yang takut kepada Allah, yang lebih takut kepada Allah dibandingkan
takutnya kepada manusia, yang lebih mencari wajah Allah dibandingkan
wajah manusia.
Wahai rakyat Indonesia, kita ingin lebih
menengadahkan kedua tangan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar kita
benar-benar mendapatkan pemimpin yang shalih dan mushlih, shalih untuk
dirinya dan mushlih (memberikan keshalihan) kepada rakyatnya.
Dalam hal ini, jangan pernah remehkan doa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukankah engkau mengajarkan kepada kami,
wahai Ustadz, jangan terlalu berlebihan, bukankah itu adalah sesuatu
yang tetap di dalam sebuah agama, dalam perihal apapun: akidah, ibadah,
muamalah, dan akhlak, tidak boleh berlebih-lebihan, Ustadz? Bukankah
engkau sering mengatakan kepada kami:
إياكم والغلو ، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو
“Jauhilah oleh kamu sikap
berlebihan-lebihan. Sesungguhnya sikap berlebihan-lebihan itu adalah
yang menghancurkan orang sebelum kamu.”
Jangan, Ustadz, habis pahala kita untuk
membicarakan aib orang lain, yang mungkin kita berinisiatif itu untuk
membenahi umat, untuk memberitahukan kepada umat, “Jangan pilih si
fulan, pilihlah si fulan.” Tetapi kami takutkan itu adalah trik iblis,
Ustadz. Cukup kami tahu, berita-berita di luar sana, di media televisi
dan di media cetak, kami sudah baca, Ustadz, kami tahu mana yang memang
condong kepada Islam dan yang tidak condong kepada Islam, kami sudah
tahu, Ustadz. Jangan masukkan kami kepada ghibah seseorang, jangan
masukkan kami kepada apapun namanya, Ustadz, entah itu black campaign,
kampanye negatif, atau apapun namanya. Kami tahu, Ustadz, berita-berita
di media, lebih daripada Ustadz memberitahukannya. Dan ini menjadikan
saya (Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.–Ed) mengangkat tema “Kami Bukan
Politikus“, kami penuntut ilmu. Ajari kami, ya Ustadz…
Mari kita download ceramah agama Islam
yang insya Allah akan sangat bermanfaat bagi kita dan Muslimin Ahlus
Sunnah Indonesia untuk dapat menyimak nasihat-nasihat yang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar