Pages

Rabu, 07 Mei 2014

Untuk Saudaraku yang sedang Galau…

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan insan dengan setiap pernak-pernik dan problema. Termasuk ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hamba adalah menjadikan setiap insan mengalami rasa risau dan galau. Ya, galau. Suatu kata yang sangat populer di telinga kita.
Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam kesusahan.” (QS. Al Balad: 4)

Kata “al-insan (الْإِنْسَانَ)” di sini maksudnya umum. Yakni mencakup semua manusia tanpa kecuali. Ini dikarenakan adanya alif lam istighra lil jinsi, maknanya mencakup semua jenis umat manusia tanpa pengecualian. Dalam ayat ini juga dikuatkan dengan menggunakan “fii dorfiyyah“ yang menunjukkan makna “senatiasa”, yakni senantiasa tenggelam dalam kegalauan dan kesusahan.
Maka, untukmu yang sedang galau…
Jangan merasa seola-olah hanya engkaulah satu-satunya orang yang merasakan galau. Semua manusia pasti mengalami apa yang engkau alami.
Nilai-Nilai Kegalauan
Setelah kita tahu bahwa setiap manusia mengalami yang namanya galau, kita juga harus tahu bahwa galau itu beragam. Secara garis besar, nilai dari sebuah kegalauan itu ada dua, yaitu :
1. Galau yang mulia (humumun ‘aliyah)
Ini adalah galaunya orang-orang pilihan. Galaunya para nabi, para rasul, orang-orang shalih, ahlul ilmi dan ahlu ibadah. Para nabi dan rasul juga galau, tapi galaunya karena melihat fenomena dakwahnya. Mereka merasa sedih dan galau ketika ada yang menolak dakwah. Orang shalih dan ulama galau melihat kondisi dakwah dan umat. Ahli ibadah galau karena takut ibadahnya kurang, belum ikhlas, atau yang semisalnya. Kita bisa mengambil kisah kegalauan mereka dari kisah asal-usul adzan.
Maka lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa galau dengan urusan mengumpulkan kaum muslimin ketika shalat. Dan kegalauan ikut dirasa manakala semua usulan tentang panggilan itu tak berkenan di hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala obati kegalauan ini dengan syariat adzan. Lihatlah bagaimana Rasul junjungan kita galau, cemas, dan resah. Akan tetapi keresahannya adalah keresahan dan kegalauan dalam dakwah.
2. Galau yang merusak ketenangan
Sebagian pihak banyak yang merasa galau dikarenakan maksiat yang dia kerjakan. Kegalauannya merusak diri dan ketenangan hidupnya. Jangan disangka ahli maksiat itu hepi-hepi saja dengan perasaannya. Maka, nilai rasa galau yang seperti ini hanyalah merusak ketenangan batin saja.
3. Galau yang perlu arahan dan pembinaan
Ini adalah rasa galau yang sering dialami kebanyakan manusia yang hidup di dunia ini. Dia galau karena permasalahan dunia yang melanda pribadinya. Galau karena dipecat, galau karena merugi usahanya, galau dan resah karena lamaran ditolak, atau kegalauan yang lain mengenai urusan dunianya.
Maka kegalauan ini perlu dibina agar menjadi sarana ketaatan dan dijauhkan dari pintu-pintu menuju kerusakan hati dan jiwa. Bukanlah esensi agama ini memberi petunjuk untuk menghilangkan kegalauan duniawi ini. Ini hal yang mustahil, karena sifat galau sudah tabiat. Tapi yang terpenting adalah bagaimana mengelola agar galaunya bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
Terapi Galau
Untuk saudaraku yang sedang galau…
Setelah kita tahu karakteristik dan nilai kegalauan, maka butuh untuk kita kenali terapi kegalauan yang dibutuhkan. Tentu hanya kegalauan pada poin b dan c yang butuh diterapi. Kegalauan yang pertama harus tetap dipertahankan.
Untukmu yang dilanda galau karena maksiat, inilah terapi yang anda butuhkan.
1. Taubat dan istighfar
Perhatikanlah manakala Rabbmu berfirman dalam Surat An-Nur ayat 31,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.”
Maka hendaknya engkau lakukan taubat dari kemaksiatanmu dengan taubat nasuha. Tinggalkan kemaksiatan yang menyempitkan dadamu dan menyesallah dengan penyesalan yang dalam. Jangan kau ulangi dan kalau perlu tutuplah semua pintu menuju ke sana. Gantilah hari yang kau isi dengan maksiat dengan hari yang penuh ketaatan. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu…” (QS. At-Tahrim: 8)
2. Meningkatkan Ketakwaan
Kegalauan hati yang kita alami terkadang menyempitkan dada dan menimbulkan masalah yang berlarut-larut. Jika hatimu sedang tertimpa rasa galau, maka obatilah dengan ketaqwaan. Lampiaskan kegalauanmu dengan aktivitas ketaqwaan niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberimu ketenangan dalam galaumu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji dalam firmanNya :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaq: 2)
Adapun pintu-pintu ketaqwaan sangat banyak. Maka bersegeralah mengobati kegalauanmu dengannya.
Saudaraku yang sedang galau karena dunia yang diusahakannya…
Karena perniagaan yang memeras staminanya…
Karena cintanya yang mendera jiwa…
Ataupun galau karena jodohnya belum jua tiba masanya…
Atau karena masalah dunia lainnya…
Cobalah anda segera mengobatinya
Inilah terapi bagi yang galau karena dunianya
3. Memperbanyak dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
4. Memperbanyak shalat dan senantiasa sabar
Allah Subahanhu wa Ta’ala mengingatkan kita untuk menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ini pula yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika gundah karena musibah. Beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat sunnah mutlak 2 raka’at.
5. Yakin dan optimis bahwa setiap ujian dan kesedihan akan ada kemudahan yang mengiringi.
Saudaraku, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan sesuatu senantiasa ada lawannya. Termasuk kesedihan dan kegalauan, Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan lawannya berupa kesenangan dan kelapangan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan sebanyak dua kali. Maka optimislah, tetap semangat dalam ikhtiarmu. Yakinlah, setiap masalah pasti ada akhirnya. Inilah janji Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa selalu ada dua kemudahan yang mengapit sebuah kesulitan.
Dan sebagai penutup pembahasan ini, perlu ditekankan bahwa terapi-terapi di atas butuh kepada unsur-unsur penguat (al-anaasir al-mutsbitah) berupa:
1. Istiqomah dalam ketaatannya
2. Mencintai ilmu dan mengamalkannya.
3. Memilih teman yang shalih
4. Memilih idola dan panutan yang benar
Untuk semua saudaraku yang dilanda galau
Muhasabah dan kenalilah karena apa kegalauanmu
Semoga bukan karena maksiat yang terjadi atasmu
Lekaslah kau obati dan kau terapi
Agar tak berlarut larut menyiksa diri
Agar galaumu menadi wasilah ridho ilahi
Akhirnya, kami berharap tulisan kami ini bermanfaat bagi diri kami dan kaum muslimin.
وَ الله أعْلمُ بِالصَوّاب وَ سَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

0 komentar:

Posting Komentar