'Idul Fitri, merupakan hari bahagia dan syukur bagi ummat Islam, ada dua nikmat yang Allah berikan pada bulan Ramadhan, yang dapat terasa terasa secara lahiriah.
Yang pertama adalah nikmat pada saat berbuka. Kita merasakan betapa nikmatnya saat berbuka walaupun hanya dengan seteguk air, atau hanya sekedar sebiji kurma, atau sepotong roti. Nikmat, karena kita telah melampaui puasa hari itu dengan tuntas.
Perasaan nikmat tersebut akan lebih terasa lagi bila kita banyak melakukan kebaikan atau ibadah sunah apalagi yang wajib, dan tidak berbuat dosa hari itu. Rasulullah.saw bersabda : "Banyak yang berpuasa, tapi yang didapat hanya lapar dan dahaga saja."
Nikmat kedua adalah pada hari raya idul fitri ini. Pada hari ini kita merayakan kemenangan kita dalam memerangi hawa nafsu, dialah sebetulnya musuh kita yang paling besar.
Diriwayatkan, ketika Rasulullah dan para sahabat baru pulang dari salah satu perang besar, beliau berkata : "Kita baru saja melakukan suatu jihad kecil dan akan menghadapi jihad yang besar dan berat". Para sahabat heran, karena mereka menyangka baru saja mereka melakukan perang yang sangat berat dan meminta banyak pengorbanan, lantas bertanya "Jihad apakah lagi ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah : "Puasa, yaitu jihad memerangi hawa nafsu".
Kemenangan dari peperangan/jihad besar inilah yang kita rayakan. Dan sudah pasti merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk kita. Itulah nikmatnya. Kalau dikampung asal kita, kita bisa melihat kegembiraan terpancar dari setiap orang, setiap rumah. Orang saling berkunjung dan saling berucap salam dan saling bermaaf-maafan. Kita berharap jika hari ini kita saling memeluk, saling bermaaf-maafan, saling mendekatkan diri karena Allah, untuk seterusnya kesalahan kita kekhilafan kita masing-masing kita maafkan. Mengapa kita tak bisa melupakan kesalahan orang lain ? Allah saja yang Maha Kuasa, yang menciptakan kita, bisa memaafkan kesalahan dan dosa-dosa umatNya.
Rasulullah saw. bersabda : "Barangsiapa shaum Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang." (HR.Bukhary Muslim).
Jika Allah menjanjikan pada yang berpuasa karena keikhlasan dan keimanannnya ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang telah lalu, maka pada hakekatnya kita telah dikembalikan pada kondisi fitrah kita. Seperti layaknya bayi yang baru lahir. Itulah sebabnya hari raya setelah Ramadhan disebut Hari Raya Fitri. Fitri, karena kita seperti selembar kertas yang putih tampa bercak kotor dari dosa. Dengan modal itu, kita jalani hari-hari, bulan dan tahun yang akan datang dengan lebih baik, lebih sedikit berbuat dosa dan kesalahan sehingga, pada bulan Ramadhan tahun depan , kalau umur kita sampai, kita bisa tidak terlalu repot membersihkannya.
Demikian juga pada hari-hari mendatang, kita bisa menjalani kehidupan beribadah yang sama kualitasnya dengan bulan kemarin. Kalau kemarin bulan puasa kita mampu membaca/tadarus Quran beberapa ayat, atau satu ain atau lebih dari itu, alangkah baiknya kebiasaan itu tetap kita jalankan di hari-hari mendatang. Kalau kemarin kita bisa menahan amarah, perasaan kesal atau hasrat-hasrat negatif, maka seharusnya kita juga bisa melakukannya pada hari-hari dan bulan-bulan lainnya. Ibarat orang yang baru keluar dari kamp pelatihan, setelah sebulan mengalami latihan dan gemblengan, maka inilah saatnya kita menghadapi dunia nyata kehidupan sehari-hari yang penuh dengan tantangan. Kita coba menahan nafsu angkara, dan nafsu-nafsu lainnya, dengan harapan semoga Allah SWT meridhai setiap langkah yang kita tempuh.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar". (al Maaidah : 9)
فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
"Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia". (al Haaj : 50)
Ketika merayakan Idul Fitri setidaknya ada tiga sikap yang harus kitapunyai, yaitu:
1. Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
1. Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
2. Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasa yang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja Di siang bulan Ramadhan kita berpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataari yang menyakitkan orang lain. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang mengatakan banyak orang yang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“.
3. Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa seharusnya berkelanjutan hingga akhir hayat.
Firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang yang beriman, bertagwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102).
0 komentar:
Posting Komentar