Pages

Kamis, 04 Maret 2010

PACARAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Oleh: Himmatul Mursyidah

Istilah pacaran sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama untuk setiap orang, dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, mencari teman bicara atau untuk mencurahkan isi hati, dan secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran.

Namun, sebenarnya tidak semua bentuk pacaran bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaaan, usia, kemampuan finansial, dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal di luar dugaan. Bahkan beberapa peneliti menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai pada level yang sangat jauh. Bukan sekedar jalan-jalan, tetapi data menunjukkan zina menjadi hal yang biasa terjadi. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Sistem hukum sekuler, warisan penjajah pun menjadikan zina sebagai hak asasi yang harus dilindungi, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila hal tersebut menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.


Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa, termasuk rasa cinta kepada lawan jenis dan lainnya.

“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Q.S. Al-Imran: 14)

Khusus bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku.”
Dalam konsep islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan diantara keduanya sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat. Sebab cinta dalam pandangan islam adalah sebuah tanggung jawab. Cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung jawab yag disaksikan oleh orang banyak. Bahkan ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Selanjutnya, ikrar tersebut harus dibuktikan dalam bentuk perbuatan.

Dalam pandangan islam, pacaran sangat berbeda dengan cinta. Cinta adalah rasa memiliki, tanggung jawab, ikatan syah, dan sebuah harga kesetiaan. Namun, dalam format pacaran semua instrumen tersebut tidak ada.
Pacaran bukanlah penjajakan atau perkenalan sebab dalam format mencari pasangan hidup, islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang diperhitungkan.

“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ‘wanita dinikahi karena 4 hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka perhatikanlah agamanya, kamu akan selamat’ (HR. Bukhari)”

Selain keempat kriteria itu, islam membenarkan bila seseorang yang sedang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting. Inilah proses yang dikenal dalam islam sebagai ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif daripada pacaran atau berduaan. Sebab umumnya dalam berpacaran hanya menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Sehingga dapat dikatakan pacaran bukanlah perkenalan melainkan kesenangan sesaat saja.

0 komentar:

Posting Komentar