Gambar yang menampilkan sekelumit kemewahan dan kemakmuran kota Pompeii sebelum bencana besar terjadi. Pompeii, kota tempat berkumpulnya kemegahan dan keindahan, pada akhirnya dihancurkan bersama 20.000 penduduknya.
Gunung Vesuvius adalah lambang negeri Italia, khususnya kota Naples. Gunung berapi ini juga dikenal sebagai "Gunung Kemalangan". Ada alasan tepat mengapa dinamakan demikian. Sebuah kota yang dibangun di lerengnya bernasib serupa dengan kota Sodom (tempat kaum Nabi Luth bermukim). Kota yang dihancurkan karena pembangkangannya terhadap Allah dan perilaku menyimpang penduduknya ini bernama Pompeii.
Dahulunya, Pompeii dengan jalan-jalannya yang ramai merupakan kota tujuan wisata bagi masyarakat kelas atas Kekaisaran Romawi dan menjadi lambang kemakmuran. Gaya arsitektur rumah-rumahnya sungguh memukau. Penduduk Pompeii sangatlah makmur. Sayangnya, bukannya bersyukur kepada Allah atas kemakmuran itu, mereka malah menjadi bangsa berperilaku menyimpang yang berkubang dalam kemaksiatan, dan kota itu pun menjadi pusat kezaliman.
Pompeii sangat tersohor karena dua hal. Yang pertama adalah pertarungan gladiator di arena raksasa hanya untuk menghibur kaum kaya. Pertunjukan biadab ini hanya memiliki satu aturan: bertarung hingga mati. Arena bertarung terbesar kedua di Imperium Romawi setelah Coliseum di Roma adalah di Pompeii. Di tahun-tahun awal sejarah agama Kristen, arena itu menjadi saksi kematian manusia yang tak terhitung jumlahnya, hanya karena mereka beriman kepada Allah. Kekejaman yang sulit dipercaya ini menjadi hiburan terlaris bagi warga Pompeii yang hati nuraninya telah redup dan mati.
Ciri menonjol kedua Pompeii adalah penerapan sistem perbudakan paling tidak manusiawi, yang merajalela di seantero Kekaisaran Romawi. Budak yang membangkang perintah hanya akan bernasib satu: Mereka diperlakukan sebagai barang tak berharga, yang dapat dibeli dengan uang. Kezaliman sesungguhnya kaum bangsawan Pompeii terhadap budak adalah sesuatu yang lain: yakni memaksa mereka melacur! Perilaku laknat homoseksual di antara mereka sendiri berakhir pada pemerkosaan budak-budak di bawah umur.
Gelimpangan mayat-mayat yang terawetkan, ditemukan di bekas kota Pompeii. Pemandangan para korban mengisyaratkan betapa cepat dan mendadaknya bencana tersebut terjadi. Ini adalah peringatan berharga bagi orang-orang yang hidup setelahnya.
Singkatnya, kekayaan mereka malah merusak akhlaq warga Pompeii dan menggiring mereka ke lembah kenistaan dan kemaksiatan. Mereka tak pernah mengira apa yang bakal terjadi. Bencananya sungguh dahsyat hingga bekasnya dapat disaksikan sampai sekarang: bak mandi marmer besar di salah satu tempat pemandian yang ada di kota itu membentur sangat keras dinding di depannya, hingga menimbulkan bekas benturan yang besar dan dalam.
Meskipun letusan gunung Vesuvius sangat mengerikan, tak seorang pun berkesempatan untuk melarikan diri. Mereka membatu di tempat mereka berada.
Dalam sekejap, lahar gunung Vesuvius menghapus Pompeii dari muka bumi. Bencana itu terpendam dalam tanah hingga 2.000 tahun kemudian. Pada seperempat pertama abad ke-20, para arkeolog (ahli kepurbakalaan) mulai menggali sisa reruntuhannya dari bawah berton-ton batuan vulkanis. Apa yang mereka temukan adalah sejarah berusia 2.000 tahun yang benar-benar terawetkan. Bencana ini menimpa Pompeii sangat tiba-tiba hingga semuanya tetap dalam keadaan yang sama seperti 2.000 tahun yang lalu. Seolah perjalanan waktu telah terhenti.
Meskipun letusan gunung Vesuvius sangat mengerikan, tak seorang pun berkesempatan untuk melarikan diri. Mereka membatu di tempat mereka berada. Muka, bahkan gigi dari sejumlah tubuh ini masih utuh sama sekali. Hampir semua wajah mereka menampakkan mimik keterkejutan dan ketakutan. Terdapat sebuah keluarga yang sedang makan bersama membatu seketika itu juga. Bahkan makanan di atas meja ikut terawetkan. Yang paling luar biasa dari peristiwa ini adalah: Bagaimana ribuan orang menunggu ajal datang dan menjemput mereka, tanpa mereka menyaksikan dan mendengar apa pun?
Dahsyatnya malapetaka menunjukkan penghancuran Pompeii sangat menyerupai penghancuran yang dijelaskan Al Qur’an. Ketika peristiwa semacam ini dilukiskan Al Qur’an, dikisahkan bahwa orang-orang selalu ditimpa bencana dalam sekejap, di tempat mereka berada: Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. (QS. Yaasiin, 36:29) Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. (QS. Al Qamar, 54:31)