Pages

Sabtu, 25 Oktober 2014

MANUSIA ITU EGOIS

Tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak egois. Sejatinya manusia itu semuanya memiliki sifat egois. Manusia egois itu manusia kodrati. Manusia individualis itu manusia kodrati. Sepihak, egoisme penting sebagai wujud eksistensi kita sebagai manusia. Tanpa egoisme sama sekali, mustahil kita bisa memiliki prinsip hidup. Dan orang yang hidup tanpa prinsip hidup sejatinya tidak lagi hidup karena ia tak lagi memiliki orientasi yang jelas dalam hidupnya.
Sampai di sini, menjadi sosok yang egois penting, bukan?
Tetapi, di pihak lain, terlalu egois juga tidak sehat. Egoisme yang berlebihan akan membuat diri kita anti-kritik, seperti pada ragam masukan sepositif apa pun, lantaran itu semua ditampiknya sebagai pengerdilan atas eksistensinya. Saat kita dikuasai egoisme, seketika kita kehilangan sepenuhnya akal sehat kita, bukan nurani. Kalau nurani, selalu saja eksis dan membisikkan kepada kita dengan setia bahwa kritiknya benar, pendapatnya lebih baik, tetapi lebih sering kita gagal mengikuti kata hati itu lantaran otak kita sudah keburu mampat disumbat aliran darah yang super cepat dipompa egoism itu.
Dan, surely, egoisme yang berlebihan ini, tidak pada porsinya ini, hanya memicu kerusakan dalam hidup kita, untuk lantas kita sesali kebodohan ucapan dan tindakan kita.Tapi, ya, gitudeh, nasi sudah jadi bubur, kata-kata tajam telah kadung kita coretkan kekulit seseorang hingga ia terluka, dan luka akibat tamparan egoism kita itu akan terus membekas.
Sesal tak pernah mampu mengobati dan menghilangkan luka perih itu, bukan? So, idealnya, kita janganlah melukai perasaan orang lain akibat kita gagal mengendalikan egoism kita.
Tapi, gimana nih, sulit banget mewujudkan itu kan?
Ya, betul, sulit sekali, dan justru karena sulitnya ia untuk ditegakkan, siapa pun yang mampu menegakkannya, maka dialah sungguh orang yang mulia itu, yang betul-betul muslim kaffah itu.
Tetapi tahukah Anda bahwa ternyata salah satu cara untuk mengurangi egoism diri itu adalah SADAR?
Ya, Sadar diri.
Sadar bahwa saya ini hanyalah makhluk rendah, nisbi, fana, jelas akan mendorong kita untuk mampu bersikap rendah hati. Tidak sadar bahwa diri ini hanyalah makhluk lemah, jelas hanya akan membuat diri kita merasa kuat, gagah, perkasa, pintar, hebat, kaya, berpangkat, dll., yang sempurna menjadikan kita selalu sombong dan penuh egoisme.
So, kita mau pilih yang mana?
Yang sadar bahwa diri ini hina, nista, rendah, setara dengan kaki yang suka menginjak sampah dan kotoran, ataukah kita akan memilih menjadi kelompok yang nggak sadar akan kelemahan diri kita sehingga terus merasa terunggul danterhebat?
Jika kita sadar bahwa kita ini tiada artinya, tiada kekuatan sama sekali, di hadapan-Nya, lantas kesadaran ini menjiwai setiap tindakan keseharian kita, yang terwujud dalam sikap rendah hati pada orang lain, maka itu pertanda bahwa kita telah berhasil dalam menerapi egoism diri. Sebaliknya, jika kita tidak sadar bahwa kita ini hanyalah makhluk lemah, maka otomatis kita takkan mampu mengendalikan egoism kita, sehingga sikap keseharian kita tetaplah sedemikian arogan, angkuh, sok, dan egois sekali.

Begitulah. Anda tinggal memilih mau jadi yang seperti apa. Yang manapun yang Anda pilih, akan menjadi seperti itulah perilaku keseharian Anda, dan akan menjadi sedemikian pulalah personalty Anda, dan akan kembali kepada Anda sendiri segala konsekuensinya.

0 komentar:

Posting Komentar