كتابة مَدْعَاة
تلخيص من رواية ابن مقلة
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده والصلاة و السملام على من لا نبي بعده و على آله و صحبه أجمعين,
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya bagi
Allah jalla jalaluhu saja.
Dan semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepadanya yang tidak ada nabi selepasnya, juga kepada keluarga dan para
shabatnya yang mulia.
Tulisan kali ini bukanlah merupakan sebuah karya
ilmiah, akan tetapi hanya sebuah catatan kecil yang kusalin dari sebuah buku
yang berjudul “Seni Kaligrafi Islam” karya Drs. D.Sirajuddin AR yang mungkin
teman-teman bisa menemukannya di Perpustakaan masjid Manarul Ilmi ITS. Adapun
isi dari tulisan tersebut adalah sebagai berikut.
Al Wazir (Perdana Mentri) Abu Ali Ash-Shadr Muhammad bin
Al-Hasan bin Muqlah yang terkenal dengan sebutan Ibnu Muqlah lahir pada tahun
272 H di Baghdad. Ibnu Muqlah, artinya adlah “anak si-biji mata” alias anak
kesayangan. Abu Abdillah adalah kun-yah bagi Ibnu Muqlah, nama yang sama
dengan saudaranya, Abu Abdillah, yang juga seorang kaligrafer kenamaan di
zamannya. Sedangkan Muqlah adalah gelar ayahnya, Ali. Ada yang meriwayatkan
sebagai nama ibunya, yang apabila ayahnya (kakek Ibnu Muqlah) mempermainkannya
(mungkin maksudnya adalah “bermain dengannya”-pen), selalu memanggilnya
dengan kata-kata: “ya muqlaata abiha !”, wahai biji mata ayahnya !
Ibnu Muqlah, yang dikenal sebagai “Imam
Khaththathin” (Imamnya Khathtathin) dan saudaranya, Abu Abdillah mendapat
pelajaran dan bimbingan dari Ahwal, salah seorang murid Ibrahim As Syajari yang
paling masyhur, hingga keduanya menjadi kaligrafer sempurna yang menguasai
bidangnya di baghdad pada (permulaan) zaman tersebut.
Adalah kejeniusan Abu Ali bin Muqlah dan pengetahuan
mendasarnya tentang geometri (ilmu ukur) yang bertanggung jawab membawa banyak
kemajuan penting satu-satunya di bidang kaligrafi Arab. Nama Ibnu Muqlah
mendapat perhatian besar dalam halaman-halaman buku sejarah. Karenanya, selalu
dikaitkan kepada Abu Ali, sebagai “penemu sejati” kaligrafi cursif.
Berkata ibnu Khalikan, “Ibnu Muqlah telah sukses
menyempurnakan apa yang telah dirintis Quthbah dahulu kala”. Kata Ibnu At
Taqthaqy, “Ibnu Muqlah kaligrafer yang paling kuasa menggubah dan mengembangkan
prinsip-prinsip kaligrafi, dari model kufi yang konservatif kepada
bentuk-bentuk ilmiah, gambar artistik dalam ukuran-ukuran seimbang dan gaya
susun indah yang terus dipakai sampai sekarang.” Pengarang buku Kasyf Azh Zhunun
menyimpulkan, bahwa seni kaligrafi diakarkan kepada ibnu muqlah karena ibnu
muqlah orang pertama yang populer karenanya, dan ia pulalah yang dianggap
paling banyak menghasilkan karya gubahan yang pengaruhnya tetap mengalir hingga
kini.
Latar Belakang Kehidupan Ibnu Muqlah
Pada mulanya ibnu muqlah mengabdi pada beberapa kantor pemerintahan, mengembangkan
kemahiran dari bakat yang dimilikinya sebagaimana yang dilakukan oleh para
kaligrafer lainnya. Untuk pekerjaan tersebut dia mendapat upah enam dinar sebulan.
Karirnya mulai meroket setelah dia mengeratkan hubungna dengan Abul Hasan
bin Furat yang mengawalnya ke puncak prestasi yang menyakinkan sehingga dia
mulai populer ke mana-mana dan banyak mendapat sorotan dari segenap kalangan.
Bahkan, dalam suatu catatan disebutkan, bahwa tulisan ibnu muqlah pernah
digunakan dalam pembubuhan surat perdamaian (hadnah) antara kaum
muslimin dengan bangsa romawi; surat itu tetap dalam pengangan pemerintahan
Romawi hingga Sultan Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel -ibu kota
Romawi Timur-.
Berkat keuletan luar biasa dan prestasi yang tampak sangan menonjol, Ibnu
Muqlah berhasil menaiki jenjang kedudukan perdana mentri (wazir) untuk
tiga orang khalifah Abbasiyah, yakni Al-Muqtadir (908-32/M), Al-Qahir
(932-4/M) dan Al-Radhi (934-40/M). Sayangnya dia sangat malang, mendapat
tekanan-tekanan berat akibat masalah-masalah kekhalifahan yang sedang bergolak
dengan segala kekisruhannya; tatkala penindasan, korupsi dan intrik-intrik
politik merajalela. Model kepemimpinan pada waktu tersebut telah menyiksanya dengan
beragam penganiayaan.
Adalah Ibnu Muqlah pada mulanya bekerja sebagai pemungut pajak pemerintahan
dan mengatur anggaran pengeluarannya. Hingga keadaannya berbalik ketika ia
menjadi pejabat bawahan Al-Imam Al-Muqtadir Billah pada 316/H. Musuh-musuhnya menfitnahnya
hingga ia ditangkap dua tahun kemudian. Hartanya disita dan ia sendiri dibuang
ke Persia, namun akhirnya ia malah menjadi pembantu Al-Radhi. Maka musuhnya
kembali mencemarkan namanya di hadapan Al-Radhi hingga ia ditangkap lagi dan
dipecat dari jabatan kementriannya.
Kenaasannya mendorongnya untuk mendekati Ibnu Raiq, perdana mentri di
Baghdad, bawahan khalifah yang hanif itu. Namun khalifah tidak bisa
menutup-nutupi rahasianya, bahkan membusukkan namanya di hadapan Ibnu Raiq.
Maka ditangkaplah ia dan ... dipotong tangan kanannya.
Akhirnya Al-Radhi-pun menyesal atas sikapnya sendiri dan menyuruh para
dokter untuk mengobati luka tangannya yang sidah buntung itu, hingga ia sembuh.
Ibnu Muqlah menggoreskan pena dengan lengan tangannya yang terpotong itu
dan dengan itu pula dia menulis. Akan halnya dengan Ibnu Raiq, ketika
ingatannya kumat akan permintaan Ibnu Muqlah untuk duduk di kementriannya, maka
dibuatnyalah tindakan yang lebih bengis melengkapi kekejaman sikap sebelumnya,
Raiq menjatuhkan hukuman memotong lidahnya dan menjebloskan Ibnu Muqlah ke
dalam penjara hingga ia mendekam di sana bertahun-tahun dengan segala
duka-derita yang tak terpikirkan pedihnya. Di dalam buih itu ia meninggal dunia
(pada tahun) 328 H/ 940 M dan dikuburkan di rumah sultan. Mendengar peristiwa
tersebut, keluarganya menuntut agar jenazahnya dikembalikan kepada mereka.
Jenazah pun dibongkar kembali dan diserahkan kepada keluarganya, kemudian anaknya menguburkannya
di rumahnya, istana Ummu Habib (Baghdad).
Segala kepedihan itu pernah dilukiskannya di dalam syairnya,
إذا ماماتت بعضك فابك
بعضا.......فإن البعض من بعض قريب
ما سئمت الحياة لكن
توثق.......بأيمانهم فبانت يميني
بعت ديني لهم بدنياي
حتى.......حرموني جنياهم بعد ديني
ولقد خطت مااستطعت
بجهدي.......حفظ أرواحهم فما حفظوني
ليس بعد اليمين لذة
عيش.......يا حياتي بانت يميني فبيني
Dan sampai di sinilah nukilan yang bisa ditulis
mengenai “Ibnu Muqlah”. Adapun Keabsahan isi dari tulisan, maka Allah-lah yang
lebih mengetahui dan kami mengajak kepada Antum sekalian (selaku pengurus)
untuk menelaah tentang keabsaahan kisah ini. Semoga nukilan singkat ini dapat
membuat antum sekalian lebih tergugah untuk mencari tahu tentang siapakah
“Ibnu Muqlah” tersebut.
Wallahu ta’ala A’lam..
Selesai
disalin di tempat peristirahatan
dan
ruang baca yang menyenangkan,
Surabaya,
17 syawal 1434
أخوكم في الدين A-I
0 komentar:
Posting Komentar