Pages

Sabtu, 24 Agustus 2013

Sekilas Tentang Ibnu Muqlah



كتابة مَدْعَاة
تلخيص من رواية ابن مقلة

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وحده والصلاة و السملام على من لا نبي بعده و على آله و صحبه أجمعين,
  
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya bagi Allah jalla jalaluhu saja.

Dan semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepadanya yang tidak ada nabi selepasnya, juga kepada keluarga dan para shabatnya yang mulia.

Tulisan kali ini bukanlah merupakan sebuah karya ilmiah, akan tetapi hanya sebuah catatan kecil yang kusalin dari sebuah buku yang berjudul “Seni Kaligrafi Islam” karya Drs. D.Sirajuddin AR yang mungkin teman-teman bisa menemukannya di Perpustakaan masjid Manarul Ilmi ITS. Adapun isi dari tulisan tersebut adalah sebagai berikut.

Al Wazir (Perdana Mentri) Abu Ali Ash-Shadr Muhammad bin Al-Hasan bin Muqlah yang terkenal dengan sebutan Ibnu Muqlah lahir pada tahun 272 H di Baghdad. Ibnu Muqlah, artinya adlah “anak si-biji mata” alias anak kesayangan. Abu Abdillah adalah kun-yah bagi Ibnu Muqlah, nama yang sama dengan saudaranya, Abu Abdillah, yang juga seorang kaligrafer kenamaan di zamannya. Sedangkan Muqlah adalah gelar ayahnya, Ali. Ada yang meriwayatkan sebagai nama ibunya, yang apabila ayahnya (kakek Ibnu Muqlah) mempermainkannya (mungkin maksudnya adalah “bermain dengannya”-pen), selalu memanggilnya dengan kata-kata: “ya muqlaata abiha !”, wahai biji mata ayahnya !

Ibnu Muqlah, yang dikenal sebagai “Imam Khaththathin” (Imamnya Khathtathin) dan saudaranya, Abu Abdillah mendapat pelajaran dan bimbingan dari Ahwal, salah seorang murid Ibrahim As Syajari yang paling masyhur, hingga keduanya menjadi kaligrafer sempurna yang menguasai bidangnya di baghdad pada (permulaan) zaman tersebut.

Adalah kejeniusan Abu Ali bin Muqlah dan pengetahuan mendasarnya tentang geometri (ilmu ukur) yang bertanggung jawab membawa banyak kemajuan penting satu-satunya di bidang kaligrafi Arab. Nama Ibnu Muqlah mendapat perhatian besar dalam halaman-halaman buku sejarah. Karenanya, selalu dikaitkan kepada Abu Ali, sebagai “penemu sejati” kaligrafi cursif.

Berkata ibnu Khalikan, “Ibnu Muqlah telah sukses menyempurnakan apa yang telah dirintis Quthbah dahulu kala”. Kata Ibnu At Taqthaqy, “Ibnu Muqlah kaligrafer yang paling kuasa menggubah dan mengembangkan prinsip-prinsip kaligrafi, dari model kufi yang konservatif kepada bentuk-bentuk ilmiah, gambar artistik dalam ukuran-ukuran seimbang dan gaya susun indah yang terus dipakai sampai sekarang.” Pengarang buku Kasyf Azh Zhunun menyimpulkan, bahwa seni kaligrafi diakarkan kepada ibnu muqlah karena ibnu muqlah orang pertama yang populer karenanya, dan ia pulalah yang dianggap paling banyak menghasilkan karya gubahan yang pengaruhnya tetap mengalir hingga kini.

Latar Belakang Kehidupan Ibnu Muqlah
Pada mulanya ibnu muqlah mengabdi pada beberapa kantor pemerintahan, mengembangkan kemahiran dari bakat yang dimilikinya sebagaimana yang dilakukan oleh para kaligrafer lainnya. Untuk pekerjaan tersebut dia mendapat upah enam dinar sebulan.

Karirnya mulai meroket setelah dia mengeratkan hubungna dengan Abul Hasan bin Furat yang mengawalnya ke puncak prestasi yang menyakinkan sehingga dia mulai populer ke mana-mana dan banyak mendapat sorotan dari segenap kalangan. Bahkan, dalam suatu catatan disebutkan, bahwa tulisan ibnu muqlah pernah digunakan dalam pembubuhan surat perdamaian (hadnah) antara kaum muslimin dengan bangsa romawi; surat itu tetap dalam pengangan pemerintahan Romawi hingga Sultan Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel -ibu kota Romawi Timur-.

Berkat keuletan luar biasa dan prestasi yang tampak sangan menonjol, Ibnu Muqlah berhasil menaiki jenjang kedudukan perdana mentri (wazir) untuk tiga orang khalifah Abbasiyah, yakni Al-Muqtadir (908-32/M), Al-Qahir (932-4/M) dan Al-Radhi (934-40/M). Sayangnya dia sangat malang, mendapat tekanan-tekanan berat akibat masalah-masalah kekhalifahan yang sedang bergolak dengan segala kekisruhannya; tatkala penindasan, korupsi dan intrik-intrik politik merajalela. Model kepemimpinan pada waktu tersebut telah menyiksanya dengan beragam penganiayaan.

Adalah Ibnu Muqlah pada mulanya bekerja sebagai pemungut pajak pemerintahan dan mengatur anggaran pengeluarannya. Hingga keadaannya berbalik ketika ia menjadi pejabat bawahan Al-Imam Al-Muqtadir Billah pada 316/H. Musuh-musuhnya menfitnahnya hingga ia ditangkap dua tahun kemudian. Hartanya disita dan ia sendiri dibuang ke Persia, namun akhirnya ia malah menjadi pembantu Al-Radhi. Maka musuhnya kembali mencemarkan namanya di hadapan Al-Radhi hingga ia ditangkap lagi dan dipecat dari jabatan kementriannya.

Kenaasannya mendorongnya untuk mendekati Ibnu Raiq, perdana mentri di Baghdad, bawahan khalifah yang hanif itu. Namun khalifah tidak bisa menutup-nutupi rahasianya, bahkan membusukkan namanya di hadapan Ibnu Raiq. Maka ditangkaplah ia dan ... dipotong tangan kanannya.

Akhirnya Al-Radhi-pun menyesal atas sikapnya sendiri dan menyuruh para dokter untuk mengobati luka tangannya yang sidah buntung itu, hingga ia sembuh.

Ibnu Muqlah menggoreskan pena dengan lengan tangannya yang terpotong itu dan dengan itu pula dia menulis. Akan halnya dengan Ibnu Raiq, ketika ingatannya kumat akan permintaan Ibnu Muqlah untuk duduk di kementriannya, maka dibuatnyalah tindakan yang lebih bengis melengkapi kekejaman sikap sebelumnya, Raiq menjatuhkan hukuman memotong lidahnya dan menjebloskan Ibnu Muqlah ke dalam penjara hingga ia mendekam di sana bertahun-tahun dengan segala duka-derita yang tak terpikirkan pedihnya. Di dalam buih itu ia meninggal dunia (pada tahun) 328 H/ 940 M dan dikuburkan di rumah sultan. Mendengar peristiwa tersebut, keluarganya menuntut agar jenazahnya dikembalikan kepada mereka. Jenazah pun dibongkar kembali dan diserahkan kepada  keluarganya, kemudian anaknya menguburkannya di rumahnya, istana Ummu Habib (Baghdad).

Segala kepedihan itu pernah dilukiskannya di dalam syairnya,

إذا ماماتت بعضك فابك بعضا.......فإن البعض من بعض قريب
ما سئمت الحياة لكن توثق.......بأيمانهم فبانت يميني
بعت ديني لهم بدنياي حتى.......حرموني جنياهم بعد ديني
ولقد خطت مااستطعت بجهدي.......حفظ أرواحهم فما حفظوني
ليس بعد اليمين لذة عيش.......يا حياتي بانت يميني فبيني

Dan sampai di sinilah nukilan yang bisa ditulis mengenai “Ibnu Muqlah”. Adapun Keabsahan isi dari tulisan, maka Allah-lah yang lebih mengetahui dan kami mengajak kepada Antum sekalian (selaku pengurus) untuk menelaah tentang keabsaahan kisah ini. Semoga nukilan singkat ini dapat membuat antum sekalian lebih tergugah untuk mencari tahu tentang siapakah “Ibnu Muqlah” tersebut.
Wallahu ta’ala A’lam..
Selesai disalin di tempat peristirahatan

dan ruang baca yang menyenangkan,

Surabaya, 17 syawal 1434

أخوكم في الدين A-I

0 komentar:

Posting Komentar