Wahai saudaraku, pada
pembahasan kali ini, penulis akan membahas secara singkat tafsir dari ayat
ibadurrahman- yakni hamba-hamba Allah yang beriman-yang tercantum di akhir
surat alFurqon pada ayat 63 sampai ayat 76.
Sifat pertama; Memiliki sifat tawadhu’
Allah Azza Wa Jalla berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
"Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al Furqon: 63)
Alhafidz Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan,
هَذِهِ صِفَاتُ عِبَادِ اللَّهِ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً أَيْ بِسَكِينَةٍ وَوَقَارٍ من غير جبرية ولا استكبار
“ ini adalah sifat hamba Allah yang beriman
yang berjalan diatas bumi dengan ketundukan yakni dengan ketenangan dan
kewibawaan tanpa kesombongan dan keangkuhan” (tafsir Alquranul Azhim Ibnu
Katsir)
Beliau melanjutkan;
فأما هؤلاء فإنهم يمشون من غير استكبار ولا مرح، ولا أشر ولا بطر،
"Adapun
mereka-yakni hamba Allah yang beriman- berjalan tidak dengan
sifat angkuh dan sombong." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim,10/319 )
Oleh karena itu, jika kita ingin termasuk
sebagai salah satu hamba Allah yang beriman, hendaknya kita memiliki dan
mengamalkan sifat diatas, yakni tawadhu’, berwibawa dan tidak sombong.
Sifat yang kedua; Bersikap lemah lembut meskipun mendapat perlakuan kasar
Setelah Allah Azza Wa Jalla menyebutkan sifat
yang pertama dari hambaNya yang beriman adalah memiliki sifat tawadhu’ dan
tenang, Allah melanjutkan dengan sifat yang kedua yaitu jika orang jahil
menyapa mereka, maka mereka mengucapkan “Salaman”. Mari kita bahas apa
yang dimaksud dengan “sapaan orang jahil” dan
kata “salaman” pada konteks ayat tersebut.
Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan dalam
kitab Zaadul Masiir, “Ketika orang yang jahil berkata kasar pada
mereka -'ibadurrahman-, mereka membalasnya dengan perkataan yang 'sadaad'
(baik).
Al Hasan Al Bashri
rahimahullah berkata,
لا يجهلون على أحد ، وإِن جهل عليهم حَلُموا
"Mereka
'ibadurrahman tidak menjahili (berbuat nakal pada orang lain). Jika dijahili,
mereka malah membalasnya dengan sikap lemah lembut."
Maqotil bin
Hayyan berkata, "Mereka membalasnya dengan perkataan yang tidak mengandung
dosa." (Zaadul Masiir)
Sa'id bin Jubair berkata, "Mereka membalas (kejelekan) dengan
perkataan yang baik." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim)
Dari penjelasan beberapa ulama diatas, maka didapat bahwa sapaan orang
jahil yakni bisa diartikan dengan perbuatan jahil atau perbuatan kasar yang
dilakukan oleh orang-orang yang bodoh terhadap agama kepada orang-orang yang
beriman. Sedangkan maksud dari kata ‘salaman’ yakni perkataan yang baik atau
perkataan yang tidak mengandung dosa, sehingga kita dapati secara lengkap bahwa
yang dimaksud sifat yang kedua itu adalah jika terdapat orang-orang yang jahil
yang berlaku kasar pada mereka (orang yang beriman) maka mereka membalas dengan
perkataan yang baik.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang Allah
firmankan dalam surat Fusshilat ayat 34-35,
“Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”
(QS. Fushilat: 34-35)
Wahai Saudaraku, Allah
memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah,
membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada
yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan
melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah
yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik
semacam ini. Oleh karenanya, Allah
memuji mereka –yakni hamba Allah yang beriman- karena memiliki sifat lemah
lembut dan mereka membalas perbuatan jahat dengan kebaikan.
Sifat hamba Allah yang beriman
yang lainnya, insya Allah akan dilanjutkan pada serial berikutnya. Semoga Allah memudahkannya.
Wallahu waliyyut taufiq.
Selesai
ditulis di Surabaya, 26 Syawwal 1433 H/ 13 September 2012 M
Mohammad
Affan Basyaib (Matematika ITS 2010)
Maraji’;
AlHafidz Ibnu katsir. Tafsir Alquran Al-Azhim.
Maktabah Syamilah
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
Taisirul Kalimir Rahman min Tafsiril Kalamil Mannan.
Imam Ibnu Jauzi. Zaadul Masiir.
0 komentar:
Posting Komentar